Di daerah Kaimana Pulau Irian terdapat 2 suku yaitu Suku Kapauku dan Suku Manggarengga kepala Suku Manggarengga bernama Lokonda biasanya sebagai seorang kepala suku harusnya mempunyai istri lebih dari 2 orang atau 6 orang. karena itu Lukuna/Lokonda ingin merantau untuk mencari seorang istri lagi ia menggunakan sebuah perahu dan mulai mengarungi lautan bebas ia tiba di pantai Buria (Seram Utara). sementara ia beristirahat ia disergap dan ditangkap dan di bawa ke Upu Latu Ama Uar atau SopoLatu Buria disana Lukuna/Lokonda di jaga oleh SopoLatu Buria, saat itu terjadilah perang antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain (perang hongi) dikesempatan itu Lukuna/Lokonda menunjukkan kesaktiannya dan karena keperkasaanya ia sangat terkenal dalam pasukan Sopolopo Buria karena itu Lukuna/Lokonda diperkenankan kawin dengan gadis dari Sopolopo Buria. nama gadisi itu adalah Okiwanda/Okawanda setelah mas kawin dipenuhi maka upacara perkawinan di laksanakan usai perkawinan nama keduanya diganti, Lokonda/Lukuna diganti menjadi Abuding Wasari dan Okiwanda/Okwanda diganti menjadi Lounsa Nsalou. Abuding Wasari digelar Kapitano kemudian diangkat menjadi Amalesi Supuhalatain dari perkawinan mereka di karuniai 5 orang anak:
1. Timanole
2. Simanole
3. Nyai Intan
4. Nyai Mas
5. Silaloi
Setelah anak-anak ini beranjak dewasa Hotebonggoe (Seram Timur) di serbu bangsa Portugis. Timanole, Simanole, dan Silaloi dipersiapkan untuk membantu pasukan Siwalima. setelah ketiganya diberkati oleh bapanya dan menerima nasehat dari ibunya maka ketiganya berangkat dan bergabung dengan pasukan Siwalima dan masuk dalam medan pertempuran, lawan menyerah dan kalah ketiga bersaudara ini tidak kembali ke gunung batu Hatumeten. tetapi ketiganya berlayar menyusuri pantai Seram selatan akhirnya mereka tiba di Hatumari Timanole naik ke darat dan menuju ke negeri Tamilouw sedangkan kedua adiknya pamit untuk meneruskan perjalanan mereka. tetapi mereka di tahan oleh Timanole ketiga bersaudara ini menuju ke negeri Tamilouw dan tinggal di sana. selang beberapa lama setelah Timanole diangkat menjadi Upu Latu di negeri Tamilouw, maka kedua adiknya Simanole dan Silaloi mohon diri kepada kakaknya Timanole untuk meneruskan perjalananya sebelum kedua saudara ini berangkat Timanole mengajak kedua adiknya ke Hatumari tempat di mana mereka mulai tiba. di Hatumari Timanole, Simanole, Silaloi mengikrarkan janji dan sumpah:
kami mengaku mempunyai satu nama satu istana, Istana Nunusaku.
kami mengaku kami mempunyai satu perkasa satu berkat, berkat Nunusaku
kami mengaku mempunyai satu Ina (ibu) dan satu Ama (bapak). satu pancaran darah, darah orang perkasa
kami berjanji jangan ada dari pada keturunan kami yang saling mengawini
kami berjanji jangan ada dari pada kami menggagahi pada yang lain
kami berjanji harus saling membantu pada yang lain dalam susah maupun senang
kami berjanji yang satu punya kami sama-sama mempunyai
kami berjanji persaudaraan kami haru tetap kuat sampai batu ini lenyap
kami berjanji barangsiapa yang melanggar perjanjian ini maka kutuk dan laknat akan berlaku padanya sampai kepada pupu yang terakhir.
sesudah perjanjian itu diucapkan bersama Timanole memberkati perjanjian itu. dan mereka Pasahuro, nyanyianya.
Alano o Henatura Upu Latu o Barakat Hei Amalesi Nitua Supuhalatain
Hei Okiwanda Lounsa Nsalou Barakato Amio Sopo Sopo Barakatoo
suara pasaharo menghilang, Timanole mengangkat mangkuk yang berisi darah dari pada jari kelingking ketiga bersaudara itu yang diikat dengan tulang daun seribu kemudian dilukai dan berkata, mangkuk ini adalah pengakuan ibu, darah ini adalah darah bapa yang menyaksikan perjanjian kami sekali untuk selamanya
Sei Hale Hatu Hatu Lisa Pei ( Siapa bale batu, Batu gepe dia)
Sei Lesi Sou Sou Lisa Ei ( Siapa langgar sumpah, Sumpah bunuh dia)
dalam suasana haru isak tangis ketiganya berpelukan darah dalam mangkuk itu diminum secara berurutan. mulai dari Timanole, Simanole, Silaloi yang menyaksikan adalah Kapua Upu Ila Kahuresi (ALLAH yang mereka sembah). sebagai tanda untuk kenangkan peristiwa terjadi di Hatumari, Timanole menanam Pohon Beringin di atas batu Hatumari, Simanole menanam Pohon Sagu berbatang keras, Silaloi menanam Pohon Sagu berbatang duri. tali persaudaraan ini merupakan hubungan kekerabatan orang gandong yang disapa dengan sebutan bongso-bongso antara keturunan Timanole (Tamilouw), Simanole (Hutumuri), Silaloi (SiriSori) maka secara Teon Negeri:
Tamilouw (Mositoa Amalatu Sala Uli)
Hutumuri (Siwa Samasuru Amalatu Suluwaming)
SiriSori (Louhata Amalatu Sigumala Pailemahu)